(bukan) ayamqu

Ayam s*nt*ng ini bukan ayamqu!

Ahem. Maafkan, tapi itu kebenarannya. Bila makan adalah ngegame, sambel di AyamQu bagaikan musuh yang licik, bergerak dalam stealth mode. Sumpah pada awalnya tidak terasa pedas sama sekali. Saat nasi dan lauk di piring lenyap seperempatnya, lidah Anda akan terbakar, telinga berdenging, dan kulit kepala gatal. Anda yang sudah ahli akan akan minum yang panas2 untuk meredakannya. Bukankah itu kuncinya?

Namun rasa panas dari minuman tidak meredakan pedas sambal ini, justru makin menjadi-jadi. Saat sudah tak sanggup menahan dahi yang berdenyut-denyut, Anda pun merampas minuman dingin milik teman semeja Anda. "Hei!" katanya protes, namun Anda sudah tidak peduli. Pikiran harus menelan seteguk minuman panas lagi tak tertanggungkan bagi Anda. Anda tak sanggup lagi menderita begini.

Maka pedasnya pun menghilang. Maka Anda meneruskan makan, setelah menyingkirkan sambal tentunya.

Anda merasa aman. Sampai makanan yang sudah disterilkan dari sambal itu bersentuhan dengan lidah Anda. Maka neraka itu pun dimulai kembali. Ternyata rasa pedas itu tertanam di sela bintil-bintil pada lidah Anda. Takkan hilang sepenuhnya hingga Anda menyikat gigi.

Bila makan di AyamQu adalah medan perang, saya sungguh tidak ingin menjadi pihak yang berseberangan dengan sambalnya.

Tidak ada komentar: